Sunday, April 22, 2012

again.

mencari jawapan pada satu persoalan...
lama saya berfikir...
hingga dalam usaha mencari jawapan itu..
Allah temukan saya dengan wajah yang cukup saya rindu,
ya Allah sangat rindu...
hinggakan sepertinya tak sabar nak ke syurga..nak peluk kuat-kuat..
hee...menangis teresak-esak jugak di dalam bilik...

pelik ya sifat hati itu?
di saat semua anggota lain tunduk pada sunnahtul Allah,
hati itu diberi pilihan untuk tunduk atau tidak.

pelik ya perihal hati itu?
dalam keriuhan manusia,
dalam gelak tawa mereka,
dalam riuh rendah dunia,
hati itu terasa sepi.
sepi...
sunyi...
*krik*krik*

pelik ya soal hati itu?
hingga kadang-kadang kita sendiri gagal mentafsir,
apa sebenarnya rasa ini.
hinga kadang-kadang kita buntu mencari puncanya,
apa sebenarnya rasa ini.
hingga kadang-kadang kita sesak memikirkan,
apa sebenarnya rasa ini.

mengapa ya hati?
kenapa tidak bisa jadi setenang sumaiyyah?
pada saat hanya kalimah Allah
yang dia kenal,
tapi tenangnya hatinya pada saat dibunuh tersadai.
dia syahid. dengan tenang...

mengapa ya hati?
kenapa tidak bisa jadi seteguh abdullah umi maktum?
pada saat dia buta,
tapi memilih untuk jadi pemegang panji islam!
"izinkan aku memegang panji islam, ya Rasulullah,
aku buta, pastinya aku tidak akan berpatah ataupun lari dari medan perang!"
ya Allah, teguhnya hati dia..
dia syahid. juga dengan tenang....

mengapa ya hati?
kenapa tidak bisa hati sekuat mus'ab bin umair?
pada saat dia seorang dihantar ke madinah,
satu persatu pintu diketuk
menyampaikan kalimah tauhid itu.
dia dahulu, kaya, si pintar, kacak, terkenal,
tapi cukuplah Allah dan rasul sebagai jaminan.
walapun kafan tidak cukup menutup jasad,
dia syahid. juga dengan tenang...

mengapa ya hati?
mengapa masih sepi?
mengapa masih kosong?
hairan....

hati seorang mukmin itu,
sifatnya tenang..
tak perlu rasa sunyi.
tak perlu rasa gelisah.

mengapa gelisah tentang perihal dunia.
sedangkan rezeki itu aturan Tuhan.

mungkin kadangkala dia menangis,
bukan menghiba soal dunia,
tapi pilu mengenangkan nasib akhirat,
yang entahkan syurga, entahkan neraka.

mungkin kadangkala dia meratap,
bukan mempersoal perihal dunia,
tapi gusar memandang hari depan,
entahkan murka, entahkan redaNya.



pandang langit, pandang awan.
mungkin perlu belajar daripada "mereka",
si hamba taat yang tenang,
si hamba patuh yang senang...
mengapa ya "mereka" bisa jadi tenang, jadi lapang, jadi luas.
pada saat mata memandang "mereka",
pada saat mata mendongak ke arah "mereka",
kita jadi rindu pada Dia,
pada syurgaNya.

ahli dunia melihat kita,begitukah?
saat mata memandang kita,
tenangkah mereka?
saat jasad bertemu kita,
hilangkah keserabutan dunia?
saat jiwa berhadapan kita,
teringatkah mereka pada Dia?
aduh...
sekali lagi tampar diri sendiri,
bila bicara rasa,
bila persoalan jiwa,
gagal menemui jawapan yang diingini.

teringat bicara Nabi Ibrahim,
paa saat mempersoalkan kaumnya yang menyembah berhala :

"Tuhan yang menciptakan daku(dari tiada kepada ada),
maka Dialah yang memimpin dan memberi petunjuk kepadaku."
benar bukan?
saat anugerah hamba itu ditaklifkan,
Dia yang memimpin, Dia yang menunjukkan,
arah mana seharusnya jiwa itu.
tapi jiwa,
mengapa rasa sepi,
saat Dia menghadiahkan sesuatu nikmat dan anugerah,
yang lebih berharga daripada langit, bumi dan isinya?
nikmat merasai dan menikmati hidup dalam jiwa seorang hamba. :')
penyucian yang lebih mana lagi menyucikan daripada itu?

"Dan Tuhan yang Dialah jua memberiku makan dan memberi minum"
"Apabila aku sakit, maka Dialah yang menyembuhkan penyakitku,"
"Dan Dialah yang mematikan daku, kemudian ia menghidupkan aku,"
"Dan Dialah yang aku harap-harapkan supaya mengampunkan dosaku pada hari kiamat."
26-77:82

jiwa mukmin itu harus tenang.
sepi itu bukan bencana,
sepi itu nikmat,
supaya kita kenal yang Dia yang bersama kita saat sepi,
berbanding keriuhan manusia, kita lupa Dia,
lebih baik sepi bukan?
saat Rasulullah menyendiri di Gua Hira',
sepi itu yang dipilih,
berbanding riuh rendah kota Mekah.
jiwa yang sepi dapat mengenal Dia,
bukankah lebih baik dari jiwa yang hibur sedangkan Dia tiada?

aisyah,
terima kasih atas persoalan itu,
"mengapa jiwa sepi dalam keriuhan?"
kerana itulah saya pada saat ini.
pada detik ini.
jawapan saya,
supaya kita tahu erti hidup berTuhan
supaya kita kenal nafas sebenar jiwa hamba
supaya kita mengerti makna kehidupan.

jom!dalam kesepian, jom cari hati yang kuat,yang gagah, yang perkasa!
untuk terus hidup bersama tarbiyyahNya!











4 comments: